Thursday, January 27, 2005

Gentoo ......

Yah sejak ashar tadi berkutat ma Gentoo :D

Ceritanya ada Compaq AlphaServer DS10 nganggur nyelip dekat kubikal gwe. Waktu itu sukses masang Debian di mesin sejenis. Tapi berhubung pingin nyobain distro lain, jadilah Tru64 Unix-nya dihancurin. Dah lama juga sih ga nyentuh Linux karena gawean lebih sip di FreeBSD (kecuali waktu mesti nyentuh Java+Oracle) :D Pinginnya sih dipasangin FreeBSD juga .. cuman nanti dulu lah, baca-baca di hp-compaq pun supportnya buat linux buat mesin2 axp. Untuk itu tadi dah kelar nyedot 5 iso RedHat 7.2 untuk Alpha. Abis cd Redhat bawaannya dah ilang ga ketauan di mana :P

Nah Stage-1 dah kelar. Masuk Stage 2 error bermunculan gara-gara nambahin -march=alpha di make.conf nya. Aih aih aih, kepaksa ngulang bootstrap minus opsi -march tadi. Make default ajah. N running well sekarang :D Sekarang lagi 'emerge system' + siap-siap untuk ngulik kernel nya ... tapi terusin besok ajah kali ye :P

Dasar Maling!

Orang yang meraup keuntungan di atas penderitaan yang amat sangat dari orang lain sungguhlah manusia yang sangat bejat. Nah bayangin kalo ada orang yang nyolong barang-barang bantuan untuk korban bencana di Aceh, ga tanggung-tanggung pula, sekali nyolong satu truk gede dan ga cuman sekali. Manusia macam apa tuh ?

Pagi ini baca Jawa Pos, di halaman utama disebutkan seorang aktifis LSM (buset dah) di tangkap provost TNI AU karena kedapatan mengeluarkan barang-barang logistik bantuan untuk korban bencana dari hanggar bandara Sultan Iskandar Muda Aceh. Satu truk besar. Maling tersebut adalah salah satu koordinator World Food Programme yang menyalahgunakan posisinya untuk kepentingannya sendiri.

Waktu ketangkep, barang-barang yang mo dia colong itu ada alat-alat medis, selain bahan makanan. Alasan si maling kalo dia ngeluarin barang dari hanggar supaya ga kena hujan dan udah koordinasi dengan Kapuspen TNI soal itu. Ga mungkin seorang jendral TNI nyuruh mindahin barang-barang bantuan kemanusiaan ke gudang yang letaknya jauh di tengah hutan. Gudang itupun setelah digeledah, temukan tumpukan barang-barang bantuan kemanusiaan yang seharusnya diterima para korban bencana. Ada berkarung-karung beras, mi instan, berbagai jenis minuman, suplemen, hingga pakaian bekas layak pakai. Masya Allah...

Yang lain menjadi relawan sampai mengorbankan jiwa (ada lho relawan yang meninggal bahkan sampe diamputasi karena infeksi akibat evakuasi mayat) yang ini malah jadi maling berkedok relawan.

Sunday, January 23, 2005

Wedding ala Bugis

that picture taken at my friend's wedding manda and tony.
Tony guided to enter the bride's house.



posted using MMS2Blogger - kidy

Wednesday, January 19, 2005

Siaga 2! Posko Banjir !

Seperti yang aku tulis di bawah (gempa jakarta), Jakarta ah harus siap-siap soal banjir. Sejak hari minggu kemarin hujan dah mulai turun pada titik ter-derasnya. Curahnya dah meninggi. Jadi setiap malam kira-kira jam 10 gitu ampe pagi, gwe bobo diiringi backsound suara hujan deras + guntur (tidak lupa dinginnya) :D

Hari selasa kemarin gwe sampe kantor nyaris basah kuyup karena pas lagi macet di GatSoe tau2 ujan turun ga bilang-bilang (emang pernah). Breshhhhhhh, langsung deras bgt tanpa diawali rintik2 permisi gitu kaya biasanya. Yah, apesnya bikers emang kalo musim ujan kaya gini. Yah buru2 minggir n pake jas ujan deh.

Sekarang, dah 4 hari Jakarta dilanda ujan deras tiap Malam. Pagi ini GatSoe macet total ga keruan. Dan officially hari ini Jakarta dinyatakan masuk siaga 2 banjir. Sungai Ciliwung dah meluap, bikin orang-orang disekitarnya kaya di kampung melayu pada ngungsi (salah sendiri kan, dah dibilangin jangan tinggal di sekitar sungai :P) Ruas-ruas jalan pada "putus" gara2 banjir + macet. Bahkan 3 in 1 pun hari ini ga ada.

Kalo nurut aku, banjir di Jakarta WILL NEVER BE ABLE TO SOLVED. Aku kira bukan soal dana atau resource buat itu, tapi lebih ke mental ma disiplin baik dari sisi pemkot nya dan terlebih lagi masyarakatnya. Mulai soal buang sampah sampe bikin tempat tinggal di bantaran sungai. Masalah sosial yg dah kelewat kompleks :)

Pheww.... hampir ga ada tata kota yang benar di Indonesia ini. Malah lebih OK tata desa di pelosok-pelosok. Kalo di rumah nenek di Magetan sana, rumah-rumah di bangun jauh dari sungai, pa lagi sungai ada di dataran lebih rendah. Yang dekat sungai tuh sawah ma kebon, jadi biar lebih mudah pengairannya :) Sungai lebih bersih karena ga dipake buat buang sampah (bisa dimarahin orang sedesa kalo buang sampah ke sungai). Makanya mandi di sana pun masih segar krn airnya jernih dan relatif jauh lebih "bersih". Sampe udang kali ama ikan ajah kelihatan :)

Sunday, January 16, 2005

Smash & Pertamax

Tahun kemarin gew sempat posting soal Pertamax yang harganya dah naik jadi Rp.4000. Nah kalo dihitung-hitung gwe bakal keluar dana kurang lebih Rp. 16000 untuk minum Suzuki Smash 2003 gwe buat 14 hari. Yah rutenya sih cuman dari daerah Bidakara-BlokM, Bidakara-Ambasador, Bidakara-Salemba. Paling jauh Bidakara-Mangga Dua pergi-pulang :D

Nah yang cukup mengejutkan, dibanding Honda-nya Martono yang isi bensin seminggu sekali, Smash gwe baru minum lagi setelah 22 hari :D Kalo rute ke Mangga Dua ama ke Ambasador di hilangkan, isi pertamaxnya bisa sebulan sekali tuh :D

Smash emang si gesit irit deh :)

DASAR GEMBLUNG !!!

Tanggal 13 Januari lalu Jakarta kembali "kelabakan". Pasalnya ada ancaman peledakan bom (via SMS) untuk kedutaan Thailand dan Inggris. Yah polisi cepat tanggap dengan mengerahkan tim gegana + melakukan pengamanan ketat. Dan alhamdulillah pelaku penyebar ancaman tersebut berhasil di bekuk.

Nah kalo berdasarkan liputan6 nya SCTV, pelakunya tuh ternyata seorang cewek.
22 tahun.
Pacar seorang satpam kedubes Thailand.
Lulusan D3.
Alasan dia mengirimkan sms ancaman bom itu hanya iseng dan main-main saja. Ceritanya sang pacar mo pulang kampung ke salah satu kota di Jawa Timur. Tapi cewek geblek ini ga pingin si pacar pulang, maka dikirimlah sms ancaman bom itu. Pikirnya nanti akan diberlakukan keadaan darurat sehingga sang pacar batal mudik.

Nih cewek ga mikir apa kalo ulahnya yang super duper diper egois itu bisa bikin kacau suasana negara yg sedang kalut krn bencana alam. Well, at least suasana Jakarta. Dah ribut gara-gara anak raja minyak nembak orang di bar, ini ditambah kerjaan cewek geblek yang iseng ngancam ngeledakin kedubes supaya pacarnya ga mudik.

Pheww, ga habis pikir deh. Mestinya dihukum berat ajah tuh biar orang-orang iseng lainnya kalo mo iseng mesti mikir dulu. Kalo ruginya buat dia sendiri sih who cares. Lha kalo bikin keruh suasana kota kaya gini kan berabe. Bertambah lagi deh coreng di muka Indonesia soal isu terorisme dan suasana kondusif ibu kota. Cuman gara-gara ulah seorang cewek gemblung.

Gempa Jakarta

Hmmm, semalam malam ada gempa di Jakarta. Kalo lihat gambar-gambar pasca gempa Aceh, Jakarta kan termasuk daerah Hindia Plate, jadi paling ini gempa tektonik akibat pergeseran lempeng itu. Efek domino dari gempa Aceh ? Mungkin ...

Kalo menurut BMG, gedenya 5.5 SR, trus pusatnya di Samudra Hindia, 20KM dari Ujung Kulon. Hmmm, mungkin kalo dari Jakarta sekitar 200KM.

Hmmm, yang jelas Jakarta dah mulai diserang demam berdarah. Dah ada korban tewas krn nyamuk jelek itu (emang ada nyamuk cakep ?). Dan akhir Januari-Februari seperti biasa, Jakarta siaga 1 soal banjir.

Friday, January 14, 2005

Rurouni Kenshin

these are the ost i have :)


Rurouni Kenshin OST 2
01-[Unmei no Hagaruma] ~Kyoto e no Purorodda~
02-[The Last Wolf Suite] ~Shishio Makoto no Kumikyoku~
03-[Hoeru Miburo] - a theme of Saitou Hajime
04-[Departure] / piano + acoustic version
05-Nihon Meisou] ~Ishin no Yami
06-[March of Ghost] ~Bourei no Koushin~
07-[Run to You] - a theme of Sagara Sanosuke
08-[Frozen Flare] - Shura no Fuuin-
09-[Welcome To My Nightmare] - Youkoso, Akumu e
10-[Dancing with Devils] - Saishuuheiki 1996
11-[Batousai Futatabi...]
12-[Starless] - Tsuki mo naku, Hoshi mo naku
13-[Departure] / master mix
14-[Starless] - Tsuki mo naku, Hoshi mo naku - / master mix


Rurouni Kenshin OST 3
01-[Hiten Mitsuryugiryu - Amakakeruryu no Hirameki] - a theme of Hiko Seijunrou
02-[Fallen Angel - Haiiro no Tenshi -]
03-[Kaoru to Misao 2 gut guitar version
04-[Ishin Tenpuku Keikaku]
05-[Sakura no Ki no Shita ni - Shisha no Shi -]
06-[Kaoru to Misao 1 pf version
07-[Reppuu] - a theme of Hiko
08-[Oniwa Banshu - Kyoto Tansakugata]
09-[Warriors Blue] - a theme of Shinomori Aoshi
10-[Kaoru to Misao 3 full mix version
11-[Warriors Suite]
12-[NA-GO-MI]
13-Ending Theme [Heart of Sword ~ Yoake Mae]

Monday, January 03, 2005

Relawan Elite, Relawan Politis?

Bahwa sebuah bencana bisa menjadi sebuah kesempatan politis, agaknya telah sejak awal kekhawatiran itu sudah banyak disampaikan oleh para elite sendiri. Dalam rangkaian perjalanan ke Aceh ini, Tim Relawan IT Air Putih menjumpai sendiri kenyataan tersebut.

Kita merasakan sejak awal hal ini. Banyak pengiriman relawan ditumpangi oleh kepentingan politis. Demikian juga motif2 operasional mereka di lokasi bencana. Semua seperti berlomba mendapatkan kredit point dengan tingkah egosentrisme yang keterlaluan, bahkan cenderung memalukan dan bikin muak.

Banyak pihak memanfaatkan situasi ini untuk tujuan yang kurang tulus, memperoleh simpati dan kepahlawanan. Sesuatu yang absurd dalam kondisi darurat dan kritis semacam ini. Sebab pahlawan sesungguhnya, adalah para korban dan survivor, bukan relawan atau petugas dan pejabat publik.

Menjadi relawan adalah panggilan kewajiban kemanusiaan, bukan sebuah sikap untuk tujuan lain. Para petugas dan pejabat publik, bahkan politisi, mereka harus melakukan ini karena itulah tugasnya. Mereka digaji oleh negara, uang rakyat dan menjalankan kewajiban politis dari jabatan yang harus dipertanggungjawabkan pada publik. Sekali lagi, itu juga bukan bagian dari sikap kepahlawanan.

Sehingga ketika mereka ini, memposisikan diri sebagai elite yang harus dapat prioritas dan karenanya membuat misi2 yang lebih tulus terpaksa minggir atau dijadwal ulang bahkan batal berangkat, maka itu adalah suatu pengkhianatan terhadap saudara2 kita yang sedang menderita. Tim AirPutih mengalami dan melihat kenyataan ini dengan sangat sedih.

Di halim, tumpukan bantuan seperti tidak ada yang memperhatikan ataupun mengurusnya. Baik di terminal maupun dalam area runaway lanud. Sejumlah pesawat TNI justru sibuk memfasilitasi pejabat dan rombongannya serta para relawan elite yang tidak jelas apa urusannya ke Aceh. Bahkan menjadi suatu acara selebritis ketika media elektronik meliputnya dengan skenario ekspose dan dramatisasi. Melupakan etika jurnalistik terdistorsi pesanan politis.

Di sisi lain, puluhan dan ratusan relawan dari segenap penjuru negeri, nampak terlantar menunggu giliran pemberangkatan yang tidak pasti. Bahkan dengan semena2 di-cancel, diusir bahkan dimarahi oleh petugas2 yang sok kuasa. Apa mereka itu sudah tidak memiliki nurani lagi dan memandang dirinya jauh lebih mulia dari para relawan yang menyediakan jiwa raga serta harta bendanya itu? Mereka mengulurkan tangan dengan tulus sementara para petugas itu hanya menjalankan tugas yang itupun tidak dilakukannya dengan becus!

Kondisi di daerah pun sama, dari Jogja, Malang dan daerah2 lain masuk kabar bahwa mereka tidak mendapatkan jadwal keberangkatan yang pasti baik itu melalui jalur komersial maupun pemerintah/militer. Padahal konsentrasi bantuan dan relawan menumpuk dimana2. Semua butuh segera ke Aceh dan tak ada satu pun lini birokrasi yang mampu memberikan solusi. Akhirnya mereka harus berangkat dengan berbagai cara, persis supporter bola yang hendak "ngelurug", menonton kesebelasan pujaannya bertanding.

Sesungguhnya para petugas dan pejabat itu mereka jauh hina, karena dalam situasi genting semacam ini tak melakukan apa2 sementara mereka punya kekuasaan yang memungkinkan mereka menyediakan resource dan manfaat yang besar bagi semua pihak demi pertolongan pada Aceh yang sedang menangis darah.

Setiap detik di Aceh harus dibayar dengan nyawa! Dan sangat sedikit birokrasi di negeri ini yang memiliki kesadaran intelektual semacam ini.

Justru armada asing (Australia, AS) dengan tegas memprioritaskan angkutan bantuan serta relawan. Tanpa seleksi dan diskriminasi politis bahkan dengan sikap pelayanan bak maskapai Internasional kelas utama!

Tim AirPutih merasakan sendiri, bagaimana sebuah tim militer Australia dapat bersikap sangat ramah dan perhatian walaupun terkendala bahasa dan budaya. Jauh lebih ramah dari layanan penerbangan kelas utama negeri ini. Sebelum dan selama perjalanan mereka sangat melayani, bahkan urusan toilet dalam pesawat Hercules pun mereka perhatikan dan memberi notice pada setiap relawan yang menumpang.

Ketika lewat sepanjang garis pantai barat Aceh, mereka memberi kesempatan para relawan untuk melakukan observasi medan dari udara. Terbang dalam jarak dekat dengan ketinggian rendah yang kita tahu itu sangat beresiko dan mereka tetap lakukan! Sehingga mereka menunjukkan kualitas mental sesungguhnya sebagai Tim yang bekerja untuk tugas kemanusiaan. Saya dan sejumlah rekan relawan Air Putih maupun PMI yang ada di situ, sesungguhnya merasa malu, karena bangsa kita sendiri ternyata tidak memililiki kesadaran dan mental persaudaraan dalam kemanusiaan semacam itu.

Di bandara Aceh, kondisi serupa kita alami lagi. Di satu sisi, sejumlah besar petugas asing, helikopter US Navy dan alat2 angkut barang nampak bekerja tanpa henti tanpa banyak ba bi bu, bahkan mereka seperti robot yang sudah tahu persis apa yang harus dilakukan secara efektif dan efisien. Tanpa banyak bicara!

Di sisi lain, sejumlah besar petugas dan pejabat kita justru nampak sibuk dan saling bersitegang hanya untuk mengurusi kunjungan para pejabat termasuk presiden SBY. Mereka bekerja keras hanya agar Bapak senang. Sementara sejumlah besar bantuan untuk rakyatnya, tidak mereka urus. Bahkan justru sejumlah birokrasi rumit tetap dilakukan dan menjadi hambatan luar biasa.

Penulis menjumpai banyak sekali Tim Relawan yang sudah menunggu berjam2 bahkan berhari2 dan harus bolak balik ke bandara hanya untuk mendapatkan barang2 mereka, termasuk distribusi obat2an yang sangat diperlukan. Sedang angkutan berat sangat sulit didapatkan. Semua petugas yang seharusnya bertanggung jawab nampak lepas tangan.

Sejumlah Tim Relawan, nampak bekerja dengan inisiatif sendiri tanpa suatu koordinasi. Misalnya dari PMI gabungan dari berbagai daerah, bekerja keras merawat pengungsi dg. kondisi mengenaskan dan serba seadanya. Tenda darurat mereka nampak sudah tak mampu lagi menampung, sementara tidak jauh dari lokasi itu, sejumlah tenda mentereng berdiri untuk supporting kunjungan pejabat dan kelompok relawan elite. Yang bahkan untuk melayani masyarakat pun mereka mendapat suatu pengawalan khusus. Sungguh sebuah situasi paradoks.

Tim PMI gabungan di bandara, mengaku, sejak mereka tiba (dengan berbagai kesulitan yang sama), beberapa hari yang lalu, mereka belum sekalipun ke lokasi utama bencana (pusat kota Banda Aceh). Pertama, mereka tidak memiliki supporting tim di lokasi, kedua tak ada transportasi dan ketiga tak ada yang mengkoordinir penyaluran relawan. Mereka bekerja dengan inisiatif sendiri dan tidak tahu kemana harus pergi untuk mendapatkan peralatan medis dan obat2an yang mereka perlukan. Padahal di seberang mereka tumpukan barang bantuan dan tentu saja di dalamnya ada obat2an, teronggok begitu saja tak terurus.

Mereka akhirnya memutuskan menugaskan diri sendiri di areal bandara karena tak tersedia tim medis yang memadai di situ meskipun pengungsi banyak bertebaran di sekitar bandara. Termasuk orang2 terlantar yang ingin keluar dari Aceh.

Demikian juga sejumlah besar Tim Relawan yang baru tiba, nampak bingung, tak tahu harus kemana dan bagaimana. Transportasi tak tersedia dan tidak ada satupun petugas bandara maupun birokrasi yang merasa bertanggung jawab melayani mereka. Sekali lagi, mereka lebih concern pada kunjungan pejabat ataupun hanya mau melayani tim relawan elite yang disponsori oleh pejabat ataupun membawa misi2 poilitis.

Jawaban yang sangat menyedihkan kami terima, semua transportasi bahkan truk militer seluruhnya habis digunakan untuk evakuasi jenazah disekitar lokasi dimana presiden SBY akan berkunjung. Bahkan sejumlah besar mayat ini direlokasi ke tempat2 yang tak terlihat. Jalan2 dibersihkan dengan effort yang luar biasa. Mendadak, semua fasilitas tersedia, listrik, air, komunikasi dsb. pendeknya semua barang langka yang sebelumnya seperti mustahil bisa diselenggarakan di Banda Aceh.

Pertanyaannya, apabila mereka mampu melakukan itu, mengapa baru saat ini dilakukan? Hanya karena pejabat berkunjung? Dan mengapa upaya dan juga fasilitas itu lantas dihentikan lagi ketika presiden sudah kembali ke Jakarta? Padahal jenazah2 itu bagaimanapun tetap harus secepatnya dievakuasi.

Padahal, rakyat membutuhkan itu semua justru setelah semua pejabat minggat dari bumi Aceh.

Kami melihat dan mendengar cerita, bahwa posko2 resmi di pusat kota kini dikuasai oleh tim relawan elite dengan pakaian seragam mentereng dan juga mendapatkan fasilitas luar biasa. Ketika rakyat kesulitan air bersih, mereka justru masih bisa mandi dan berdandan. Mereka bisa makan di depan rakyat yang telah kelaparan selama seminggu penuh. Bahkan posko gubernuran, dari laporan Anjar dan Valens, sudah berubah menjadi studio infotainment multinasional dengan fasilitas yang luar biasa lengkap dan relawan2 kosmetik yang bekerja untuk kepentingan politis, pencitraan, dramatisasi, kapitalisasi media dsb.

Sementara diseluruh penjuru lokasi bencana, relawan, para jurnalis, juga relawan asing sesungguhnya bekerja keras dengan kondisi yang sama lusuhnya dengan korban yang mereka layani dan terus berjuang mendapatkan resource2 yang selalu diprioritaskan untuk kepentingan2 yang tidak jelas. Resource yang dibutuhkan untuk rakyat Aceh.

Semalam, saya sempat merenung di posko dan menitikkan airmata, melihat kemalangan Aceh, sebuah negeri yang sangat indah dengan rakyatnya yang demikian kuat dan tabah namun terjebak dalam kebusukan pengelolaan bencana di sebuah negara yang luar biasa brengsek. Saya berdoa, semoga para korban dan relawan sejati mendapatkan kekuatan dan jalan untuk menuntaskan misi kemanusian ini.

Saya dan teman2 di Tim AirPutih merasa malu dan kecil dihadapan pekerjaan kemanusiaan besar yang telah, sedang dan akan terus mereka (relawan dan korban) lakukan. Kami sama sekali belum melakukan apa2 dan merasa tidak pantas hadir di sini. (Salahuddien)

Dikutip dari artikel komunitas AirPutih

AirPutih

Situs yang beralamat di www.airputih.or.id adalah situs hasil sulapan para komunitas TI seperti APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), FTII (Federasi Teknologi Informasi Indonesia), Sekolah 2000, IndoWLI (Asosiasi Indonesia Wireless LAN Internet), perusahaan penyedia layanan komunikasi Gen-iD, PSN (PT. Pasifik Satelit Nusantara) dan AWARI (Asosiasi Warnet Indonesia).

Situs yang juga beralamat di http://www.acehmediacenter.or.id ini, berawal dari komunitas mailing list (milis) Airputih. Milis ini berisikan berbagai cerita yang dikisahkan para anggotanya dalam sebuah tulisan. Tergerak untuk berbuat sesuatu berkenaan dengan peristiwa di Aceh, komunitas Airputih kemudian mendapat bantuan dari berbagai pihak untuk membuat situs yang lebih tertata.

www.airputih.tk
www.airputih.or.id

ps:
jannn, kebacut tenan .... jadi keinget salah satu komentar relawan di tipi ... indonesia ini kebanyakan seremoni, upacara nya ... padahal langsung berangkat tanpa ada upacara serah terima, potret sana potret sini, potong pita, pidato napa ? Aceh, Sumut, Alor, Nabire mana bisa nunggu ... :( Pantas ajah seorang camat di Aceh di pecat bupatinya gara-gara kerja klemar-klemer. Dah nyairin dana 30jt dari kabupaten tapi malah nunda ga disalurin. Di satu pihak ada seorang kepala desa yang langsung menguras tabungan sendiri senilai 4jt untuk membantu korban, beli makanan + ngurusin jenazah korban.
Masya Allah....