Turut mengucapkan berduka cita sedalam-dalamnya kepada keluarga korban yang tertimpa musibah kecelakaan pesawat Mandala 5 September lalu. Entah mengapa era pemerintahan SBY ini diuji dengan banyak bencana, mulai bencana alam hingga bencana moral khususnya aparat/pejabat yang semakin menjadi-jadi. Rupiah sempat melewati angka 11ribu per USD. Belum tuntas soal Mandala, Garuda-Batavia Air mendarat darurat di Pekanbaru dan Palembang. Sementara itu di Denpasar, kembali Garuda dan Wings Air membatalkan take-off karena ada gangguan teknis. Phew... ada apa dengan Airlines nasional kita ?
Sehabis Subuh tadi gonta ganti saluran tv, beritanya hanya dapat membuat kita menghela nafas. Sementara di Jakarta sedang diadakan Olimpiade Sains Nasional mulai tingkat SD hingga SMU (kebetulan lokasi di dekat kantor), di Unhas Makassar (yayang maaf yah :P) kembali terjadi kehebohan. Bulan sebelumnya banyak oknum mahasiswa yang maen perang-perangan, kali ini banyak oknum mahasiswa Fakultas Pertanian menyandera dekannya (eh yayang, tuh fakultas yang ada kambing ditambatkan di rerumputan itu yah ? heheheheh). Tentu saja ruang dekan juga turut "dihancurkan".
Alasannya apa ?
Alasannya karena mereka memprotes tindakan dekan yang memberikan skorsing kepada 10 orang mahasiswa terkait dengan larangan ospek. Dah jelas-jelas Universitas, atau mungkin dalam hal ini fakultas megeluarkan surat keputusan mengenai aturan pelarangan ospek, tapi mereka melanggar aturan tersebut. Jadi sudah sepatutnya kan kalo mendapatkan sangsi. Jadi orang apalagi dengan titel "mahasiswa" kok sangat ga bertanggung jawab gitu. Kalo melihat oknum-oknum mahasiswa kaya gini emang dah jelas-jelas niat ospek yang tetap mereka adakan itu ga lebih dari sekedar big bullshit ajang balas dendam atau cari gebetan. Mestinya energi dan otak mereka dipergunakan untuk hal lain yang jauh dan sangat jauh lebih bermanfaat banget sekali yang sekiranya dapat membantu mengatasi keruwetan negara ini. Membikin riset kek untuk membantu pertanian negara kita yang carut marut ini. Padahal masih tercatat jelas di benak saya pelajaran mulai SD sampe SMP kalo once in a time, negara kita ini dikenal dunia sebagai negara agraris, sebelum berbagai kasus yang membuat kita jadi pengimpor besar beras, gula bahkan ketan yang ditukar dengan pesawat.
Bagaimana Indonesia bisa mempunyai lebih banyak Dhina Pramita Susanti, Septinus George Saa, Riana Helmi, Adian Muhammad Al-Raisuli atau Boaz Salossa kalo melihat tingkah senior anak-anak hebat ini di level universitas yang dah seperti preman pasar saja kelakuannya. Tentu kita masih ingat kasus ITATS di Surabaya saat anggota presidium rektor dikeroyok ratusan mahasiswanya sampai berdarah-darah gitu. Yah jelas, ngemplangnya selain pake tangan kosong dan kaki kosong (nendang juga bo) tapi juga pake pentungan bahkan tong sampah.
Aih aih, ini kah kaum intelektual ? Kayanya mereka-mereka ini kebanyakan ikutan ekstra kurikuler mixed martial arts atau kecanduan nonton WWF deh. Kasian yang lain yang berusaha belajar mati-matian akhirnya kena getahnya juga. Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga. Dah bikin malu almamater, masyarakat nantinya ditakutkan akan menilai bahwa negara ini memang sedang menunggu ajal karena generasi muda penerusnya identik dengan premanisme kaya gini (belum lagi soal narkoba). Dengan pendidikan tinggi level universitas, mestinya wawasan mereka bisa lebih luas, lebih bisa mengontrol emosi dan mengedepankan rasio, lebih banyak menggunakan otak dan nurani dari pada bogem dan dengkul.
Sudahlah, dari pada ngurusin ospek jaman sekarang yang kini lebih banyak mudharat daripada manfaatnya, mending buka jendela dan melongok keluar. Sebagai contoh negeri jiran kita.Malaysia yang pada tahun 1970-an masih "belajar" dan mendatangkan banyak guru dari Indonesia kini sudah melesat meninggalkan "sang guru" yang justru masih asyik bermimpi tentang kejayaan masa silamnya. Rumput tetangga memang sering nampak lebih hijau dari rumput di halaman sendiri. Tapi masa iya kita tidak mampu membuat rumput di halaman sendiri lebih hijau, lebih bagus sehingga si tetangga akan mikir bahwa rumputi halaman kita lebih hijau dan indah dari pada milik mereka. Apalagi yang ribut tadi mahasiswa pertanian toh ?
Berita lain, Presiden SBY murka (ini kalimat dari tv lho) karena ditengah-tengah badai krissi BBM di Indonesia ini (badai lainnya adalah Katrina di Amrik dan Badai Kupu-kupu i Jepang) terungkap jaringan penyelundum BBM yang merugikan negara pada sekitar Rp. 8,8 triliun pertahun. Jaringan yang barusan terbongkar dengan 58 tersangkat. 18 di antaranya adalah pejabat dan pegawai Pertamina. Kado ulang tahun yang membikin Presiden SBY marah. Kemarin kemana aja emangnya, Pak ? Yah, Presiden kita bukan Superman, at least he's giving the best he can. Sayang banyak pembantunya yang kurang capable.Lihat saja anggota dewan kita yang terhormat. Dah ribut minta naek gaji, studi banding oleh beberapa oknum yang ga ada hasilnya (hasil yg paling jelas mungkin adalah perbandingan harga Gucci di Asean dengan Belanda/Paris) kini isu yang terbaru adalah soal Calo Dana Bantuan Kemanusiaan. Masya Allah, mereka itu ga takut sama sekali ama siksa kubur apa yah ?
Tahun 1998, rakyat bersama mahasiswa bersatu dan mampu menggulingkan rezim yang berkuasa lebih dari 3 dekade. Kini, kenapa kita tidak bersatu lagi dan mempererat persatuan tersebut untuk membangun negara ini ?
No comments:
Post a Comment